Rabu, 18 Agustus 2010

Tiket Kereta Api Banyak di Tangan Calo

JAKARTA (Suara Karya) Informasi telah ludesnya tiket kereta api (PT KA) untuk angkutan Lebaran ke sejumlah daerah, khususnya untuk kelas eksekutif, menimbulkan banyak pertanyaan.

PT KA mengklaim sudah habis dipesan oleh calon penumpang melalui internet (onhne) atau model pemesanan tiket lainnya. Namun, di sisi lain, ada indikasi bahwa tiket KA eksekutif tersebut sudah berada di tangan calo yang ber-gentayangan di stasiun. Salah satunya terindikasi terjadi di Stasiun Gambir, Jakarta."Tiket di loket sudah habis, Pak, tapi kalau Bapak mau, bisa saya ambilkan di dalam. Pokoknya saya jamin ada. Bapak tunggu saja. Yang penting harganya cocok," kata seorang pria setengah baya di Stasiun Gambir, Jakarta, saat berbincang dengan Suara Karya, kemarin.

Harga cocok yang dimaksud pria ini berarti harga tiket dua kali lipat dari harga yang dijual secara resmi oleh PT KA. Misalnya, untuk keberangkatan pada 7 September 2010 (H-4) ke Madiun, harga tiket mencapai Rp 450.000 dari harga resmi Rp 250.000. Di Stasiun Gambir ini, setiap harinya ratusan orang melakukan antrean panjang untuk mendapatkan tiket kereta api. Padahal, di depan loket sudah terpampang jelas pengumuman bahwa tiket untuk keberangkatan ke Jawa pada 6 hingga 9 September (H-4 hingga H-l) habis.

Namun, para calon penumpang tetap saja mengantre, bahkan ada yang sampai menginap di stasiun. Di antara antrean calon penumpang ini, sejumlah calo bergerilya mencari mangsa. Bagi calon penumpang yang tidak mau repot, umumnya langsung bertransaksi dengan calo yang menawarkan tiket KA dengan harga dua kali lipat dari harga resmi. Namun, banyak juga calon penumpang lain sambil duduk di ruas antrean loket sambil menggerundel.

"Ini benar-benar tidak masuk akal. Di online (internet) dikatakan sudah habis, padahal baru dibuka. Namun, kita antre di sini (Stasiun Gambir) juga habis, ke mana itu tiket? Padahal yang pulang kampung ke Jawa orangnya itu-itu juga. Paling juga ada tambahan pembantu rumah tangga. Tapi, kok, bisa penumpang belum ada yang punya tiket, namun diloket dikatakan sudah habis," tutur salah seorang penumpang tanpa mau disebut namanya.

Keadaan di lapangan memang bertolak belakang dengan janji yang digembar-gemborkan pihak manajemen PT KA. Salah satunya dengan menjamin tidak ada percaloan dan semua tiket KA dijual secara terbuka. Demikian pula untuk pembelian secara online. Cara ini dinilai FT KA sangat ampuh untuk mempersempit kiprah calo tiket KA. Cara lainnya, setiap pembelian tiket wajib menyertakan tanda identitas berupa KTP, SIM atau paspor.

Namun, pernyataan PT KA tersebut hanya isapan jempol belaka karena calon penumpang yang membeli tiket KA di loket stasiun temyata tidak pernah diminta menunjukkan identitas. Bahkan nama calon penumpang dengan yang tertera di tiket juga tidak sama.Calo di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, tidak ubahnya seperti "gurita" yang siap memangsa calon penumpang. Begitu hebatnya, sehingga petugas loket tiket pun kalah cepat dalam menyiapkan tiket Asal harga cocok, tiket langsungdidapat (Syamsuri S)